Selasa, 30 April 2013

TUGAS II (KESEHATAN MENTAL)



TUGAS II
(KESEHATAN MENTAL)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Manusia terus belajar sepanjang hidupnya. Hampir semua pengetahuan, sikap, keterampilan, dan perilaku manusia dibentuk, diubah, dan berkembang melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar juga dapat terjadi kapan saja, dan dimana saja. pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatannya adalah pendekatan behavioral. Pendekatan behavoristik memiliki pandangan atau prinsip yang dikembangkan oleh beberapa tokoh behavioral.
Psikoanalisa dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi yang dimulai dari satu metode penyembuhan penderita sakit mental, hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Hipotesis pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tidak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.
Psikologi behaviorisme dan psikoanalisis tidak memosisikan manusia sebagai manusia keduanya tidak bisa menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan penentu seperti: cinta, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Di dalam proses belajar mengajar terjadilah sebuah interaksi antara berbagai komponen yang setiap komponen di usahakan saling pengaruh-mempengaruhi sedemikian hingga dapat tercapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Permasalahan muncul ketika bagaimana kita dapat mengenal siswa, aspek/ karakteristik apa yang dimilikinya serta bagaimana cara-cara untuk. Hal inilah yang akan dibahas dalam makalah ini, termasuk bagaimana menggunakan prinsip-prinsip tingkah laku tersebut untuk mengubah atau memodifikasi perilaku dan menerapkannya dalam pembelajaran.

1.2    Rumusan Masalah
a.         Bagaimana pengertian behaviorisme, psikoanalisis, dan humanistik
b.        Siapakah tokoh behaviorisme, psikoanalisis, dan humanistik
c.         Penjelasan biografi dari Froom, Maslow, dan Rogers
d.        Penjelasan teori dari Froom, Maslow, dan Rogers
1.3    Tujuan

a.         Mengetahui teori behaviorisme, psikoanalisis, dan humanistik
b.        Mengenal tokoh-tokoh dari teori tersebut
c.         Mengetahui biografi Froom, Maslow, dan Rogers
d.        Mengerti tentang teori dari tokoh tersebut


BAB II
PEMBAHASAN


2.1  1.  Pengertian teori behaviorisme
Pengertian Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia , yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika sebagai reaksi psikodinamika. Prespektif behavioral ini berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya di tentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan. Menurut teoritikus behavioristik, manusia sepenuhnya sepenuhnya adalah makhluk reaktif, yang tingkah lakunya dikontrol oleh factor-faktor yang berasal dari luar. Faktor lingkungan inilah yang menjadi penentu terpenting dari tingkah laku manusia. Berdasarkan pemahaman ini, maka kepribadian individu menurut teori ini dapat dikembalikan kepada hubungan antara individu dan lingkungannya. Manusi datangke dunia ini tidak dengan membawa cirri-ciri yang pada dasarnya” baik atau buruk”, tetapi netral. Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan kepribadian individu selanjutnya semata-mata bergantung pada lingkungannya. Menurut Watson, adalah tidak bertanggung jawab dan tidak ilmiah mempelajari tingkah laku manusia semata-mata didasarkan atas kejadin-kejadian subjaktif, yakni kejadian-kejadian yang di perkirakan terjadi di dalam pikiran, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.

  1. Classical Conditioning (Pengkondisian Klasik)
Classical Conditioning dipopulerkan oleh Ivan P. Pavlov (1849-1936). Istilah ini sering juga disebut dengan “Respondent Conditioning” atau “Pavlovian Conditioning”. Classical Conditioning adalah tipe pembelajaran dimana seseorang belajar untuk mengkaitkan atau mengasosiasikan stimulus (Santrock, 2007).  Pavlov mengemukakan beberapa prinsip dalam classical conditioning, yaitu:
1.      Generalisasi.
Generalisasi adalah kecendrungan dari stimulus baru yang mirip dengan CS untuk menghasilkan respon yang sama. 
2.      Diskriminasi.
Diskriminasi yaitu peresponan terhadap stimulus tertentu tetapi tidak merespon stimulus lainnya.
Dalam classical conditioning, pelenyapan berarti pelemahan Conditioned Response (CR) karena tidak adanya Conditioned Stimulus (CS) (Santrock, 2007). Dalam eksperimennya, Pavlov mendapati bahwa dengan memperdengarkan bunyi bel saja (tanpa makanan) anjing tidak lagi mengeluarkan air liur.  
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTItzVu_Fk3zxpZgzna5t6uq8JszbUkA9lCyYAXugiJ9iQqo5-I
2.      Operant Conditioning (Pengkondisian Operan)
Operant Conditioning dipopulerkan oleh B.F. Skinner (1904 – 1990). Operant Conditioning dinamakan juga Instrumental Conditioning. Pemikiran Skinner awalnya didasarkan dari pandangan E.L Thorndike. Prinsip dasar dari proses belajar yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, dengan teori Stimulus-Respon (S-R). Dalam teori S-R dikatakan bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme belajar dengan cara mencoba-coba (trial and error). Thorndike juga berpendapat bahwa belajar terjadi secara perlahan, bukan secara tiba-tiba.
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRP5oDbWDwuGrWLYhUTht_pKuMWrpbTVs-aRfqvWurfK8azVbKX
1.         Hukum efek (The Law of Effect)
Intensitas hubungan antara stimulus (S) dan respon (R) sangat dipengaruhi oleh konsekuensi dari hubungan yang terjadi. Apabila akibat hubungan S-R menyenangkan, maka perilaku akan diperkuat. Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R tidak menyenangkan, maka perilaku akan melemah. Menurut Thorndike, efek dari reward (akibat yang menyenangkan) jauh lebih besar dalam memperkuat perilaku dibandingkan efek punishment (akibat yang tidak menyenangkan) dalam memperlemah perilaku. Dengan kata lain, reward akan meningkatkan perilaku, tetapi punishment belum tentu akan mengurangi atau menghilangkan perilaku.
2.         Hukum latihan (The Law of Exercise)
Pada awalnya, hukum ini terdiri dari 2 bagian, yaitu:  Law of Use yaitu hubungan antara S-R akan semakin kuat jika sering digunakan atau berulang-ulang, Law of Disuse, yaitu hubungan antara S-R akan semakin melemah jika tidak dilatih atau dilakukan berulang-ulang.

3.                    Hukum kesiapan (The Law of Readiness)
Thorndike berpendapat bahwa pada prinsipnya suatu hal akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari tergantung pada kesiapan belajar individunya. Jika individu dalam keadaan siap dan belajar dilakukan, maka individu akan merasa puas. Sebaliknya, jika individu dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan, maka individu akan merasa tidak puas bahkan mengalami frustrasi. Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant Conditioning atau pengkondisian operan. Operant Conditioning adalah bentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Operant Conditioning juga memiliki beberapa prinsip, yaitu : Reinforcement (penguat atau imbalan), Reinforcement positive (reward), Reinforcement negative, Primary reinforcement, Secondary reinforcement, Pairing, Punishment (hukuman).
Di samping penggunaan reinforcement untuk memperkuat tingkah laku, ada pula dua metode lain untuk mengembangkan pola tingkah laku baru.
1.       Shaping adalah tingkah laku yang kompleks, bukan hanya “simple response”. Tingkah laku yang kompleks ini dapat diajarkan melalui proses “shaping” atau “successive approximations”, beberapa tingkah laku yang mendekati respon terminal. Proses ini dimulai dengan penetapan tujuan, kemudian diadakan analisa tugas, langkah-langkah kegiatan murid, dan reinforcement terhadap respon yang diinginkan.
2.      Modelling adalah suatu bentuk belajar yang tak dapat disamakan dengan classical conditioning maupun operant conditioning. Dalam modeling, seseorang yang belajar mengikuti kelakuan orang lain sebagai model. Tingkah laku manusia lebih banyak dipelajari melalui modeling atau imitasi daripada melalui pengajaran langsung.

2.1     2. Pengertian Teori Psikoanalisis
Teori psikoanalisis di kembangkan oleh sigmun freud yang lahir pada tanggal 6 mei 1856 dan meninggal pada tanggal 23 september 1939. Pada usia 8 tahun freud bermimpi untuk mencapai kemashuran melalui berbagai penemuan atau penelitian. Untuk maksud tersebut freud mencoba membedah 400 belut jantan, untuk meneliti apakah mereka mempunya testes, penelitian ini belum membuat dia terkenal akhirnya daia mengalihkan perhatiannya pada manuasia.
Pada tahun 1873 freud masuk fakultas kedokteran di Wina dan lulus pada tahun 1881 dengan yudisium excellent. Sebagai seorang ahli neurologi dia sering membantu masalah-masalah pasiennya seperti rasa takut yang irrasional, obsesi dan rasa cemas. Dalam membantu menyembuhkan masalah-masalah mental freud menggunakan prosedur yang inovatif yang dinamakan psikoanalisis. Penggunaan psikoanalisis memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan pasien untuk menggali pribadinya yang lebih dalam. Banyak buku yang telah di tulis freud, dan dari teori freud ini memiliki beberapa kelemahan terutama dalam hal-hal berikut :
  1. Ketidaksadaran (uniconsciousness) amat berpengaruh terhadap prilaku manusia. Pendapat ini menunjukan bahwa manusia menjadi budak dirinya sendiri.
  2. Pengalaman masa kecil sangat menentukan atau berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukan bahwa manusia dipandang tidak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
  3. Kepribadian manusia terbentuk berdasarkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan seksualnya. Ini menunjukan bahwa dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan.
Semua teori kepribadian menyepakti bahwa manusia, seperti binatang lain, dilahirkan dengan sejumlah insting dan motifasi. Insting yang paling dasar ialah tangisan. Ketika lahir tentunya kekuatan motifasi dalam diri tentunya belum dipengaruhi oleh dunia luar.kekuatan ini bersifat mendasar dan individual.
Frued membagi struktur kepribadian kedalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Prilaku seseorang merupakan hasil dari interaksi antara ketiga komponen tersebut.
  1.  Id (Das Es)
Id berisikan motifasi dan energy positif dasar, yang sering disebut insting atau stimulus. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan, yang merupak sumber dari dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, dll) Prinsip kesenangan merujuk pada pencapaian kepuasan yang segera, dan id orientasinya bersifat fantasi (maya). Untuk memperoleh kesengan id menempuh dua cara yaitu melalui reflex dan proses primer, proses primer yaitu dalam mengurangi ketegangan dengan berkhayal.
2. Ego (Das Ich)
Peran utama dari ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjembatani anatar id dengan kondisi lingkungan atau dunia luar dan berorintasi pada prinsip realita (reality principle). Dalam mencapai kepuasan ego berdasar pada proses sekunder yaitu berfikir realistic dan berfikir rasional. Dalam proses disebelumnya yaitu proses primer hanya membawanya pada suatu titik, dimana ia mendapat gambaran dari benda yang akan memuaskan keinginannya, langkah selanjutnya adalah mewujudkan apa yang ada di das es dan langkah ini melalui proses sekunder. Dalam upaya memuaskan dorongan, ego sering bersifat prakmatis, kurang memperhatikan nilai/norma, atau bersifat hedonis.
Hal yang perlu diperhatikan dari ego adalah :
  1. Ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id.
  2. Seluruh energy (daya) ego berasal dari id
  3. Peran utama memenuhi kebutuhan id dan lingkungan sekitar
  4. Ego bertujuan untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembanbiakannya.

 3. Super Ego (Das Uber Ich)
Super ego merupak cabang dari moril atau keadilan dari kepridadian, yang mewakili alam ideal daripada alam nyata serta menuju kearah yang sempurna yang merupakan komponen kepribadian terkait dengan sytandar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Dengan terbentukny super ego berarti pada diri individu telah terbentuk kemampuan untuk mengontrl dirinya sendiri (self control) menggantikan control dari orang tua (out control). Fungsi super ego adalah sebagai berikut :
  1. Merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif
  2. Mendorong ego untuk mengantikan tujuan-tujuan relistik dengan tujuan-tujuan moralistic.
  3. Mengejar kesempurnaan. (perfection).
Mekanisme-mekanisme pertahanan utama yang didentifikasi oleh Freud mencakup :
·         Represi adalah penekanan impuls ke alam bawah sadar.
Contoh : seorang pria melihat seorang wanita yang menarik perhatiannya tanpa disadari ternyata ia adalah dosennya yang sudah mempunyai suami, lalu ia melupakannya dengan cara merepres ke dalam untuk melupakannya.
·         Pembentukan reaksi adalah penggantian impuls atau perasaan yang menimbulkan ketakutan atau kecemasan dengan lawannya didalam kesadaran.
Contoh : si A menyukai si B tapi si A bilang tidak menyukainnya.
·         Pengalihan (displacement) adalah pelampiasan.
Contoh : seorang pimpinan memarahi bawahannya, dan bawahannya tidak terima tetapi dia tidak dapat memarahi balik karena ia adalah atasannya, maka ia melampiaskan kemarahannya ke istri atau anaknya.
·         Fiksasi adalah berhenti di satu fase karena di fase berikutnya menimbulkan kecemasan.
Contoh : anak kecil yang sedang belajar jalan dan terjatuh sehingga dia takut lagi untuk berjalan karena takut akan terjatuh lagi.
·         Regresi adalah mundur ke cara masa lalu.
Contoh : seorang remaja yang mengompol, padahal mengompol adalah perlakuan masa anak-anak.
·         Proyeksi adalah memproyeksikan impulsnya kepada orang lain.
Contoh : si A membenci si B, tetapi si A beranggapan si B yg membenci dia karena si B adalah mertuanya.
·         Sublimasi adalah mengalihkan hal negative ke positif.
Contoh : lelaki itu perokok tetapi ia mencoba berhenti dengan setiap harinya tidak lupa membawa permen untuk menggantikan rokok.




2.1     3. Pengertian Teori Humanistik
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara  pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Menurut hemat kami, Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
Manusia dilihat sebagai mempunyaikeinginan untuk berusaha secara semula jadike arah kebahagiaan dan kreativiti. Konsep Maslow menekankan aspek manusia mempunyai naluri semula jadi yang baik dan mempunyai keinginan mencapai kesempurnaan. Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Kebutuhan fisiologis atau dasar
  2. Kebutuhan akan rasa aman
  3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
  4. Kebutuhan untuk dihargai
  5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri

2.2    1. Erich Froom
Erich Pinchas Fromm (lahir 23 Maret 1900 – meninggal 18 Maret 1980 pada umur 79 tahun) merupakan seorang psikologi, psikoanalis, dan filosofi manusia berkebangsaan Jerman. Dia merupakan asosiasi untuk Sekolah Frankfurt untuk teori kritik. Dia dilahirkan di Frankfurt am Main. Erich Fromm pertama kali belajar pada tahun 1918 di Universitas Frankfurt am Main untuk semester dua di yurisprudensi. Pada musim panas 1919, Fromm studi di Universitas Heidelberg di fakultas sosiologi. Dia merupakan anggota Partai Sosialis Amerika pada era 1950-an.
Teori yang menggunakan pendekatan sosial psikologis dimana pemusatan perhatianya pada penguraian cara-cara dimana struktur dan dinamika-dinamika masyarakat tertentu membentuk para anggotanya sehingga karakter para anggota tersebut sesuai dengan nilai yang ada pada masyarakat . Karena pada dasarnya manusia terpisah dari alam dan dari sesamanya maka cara mempersatukan adalah melalui belajar bagaimana mencitai atau bagaimana meemukan keamanan dengan menyelaraskan keinginannya dengan masyarakat yang otoriter , karna manusia adalah mahluk yang memiliki kesadran pikiran akal sehat daya akal, kesanggupan untuk mencintai , perhatian tanggung jawab integritas bisa di lukai mengalami kesedihan sehingga apbila dalam kaitanya manusia kurang dalam menanggapi hal yang di sebutkan tersebut maka manusia tersebut bisa di katakan tidak sehat secara mental menurut Eric fromm .
            Kebutuhan dasar manusia menurut eric fromm :
1. Kebutuhan akan keberhubungan kebutuhan ini adalah secara spesifik aktif dan produktif mencintai orang lain .
2.  Kebutuhan akan trandensi mengungguli alam menjadi mahluk yang kreatif Kebutuhan akan kemantapan ingin meiliki rasa bersahaja pada dunia dan orang lain supaya dapat beradaptasi di dunia .
3. Kebutuhan akan idenditas brusaha untuk memiliki rasa idenditas personal dan keunikan guna menciptakan rasa yang terlepas dari dunia.
4. Kebutuhan akan kerangka orientasi untukmencptakan rasa yang terlepas dari dunia. Hal kebutuhan tersebut adalah sifat alamiah dari manusia menurut fromm dan ini berubah saat evolusi namun manivestasi dari kebutuhan ini adalah akan memunculkan potensi-potensi batiniah di tentukan oleh aturan-aturan sosial di mana ia hidup dan kepribadian seseorang berkembang menurut kesempatan-kesempatan yang di berikan kepadanya oleh masyarakat tertentu . Sehingga kepribadian sehat menurut Eric from adalah penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat merupakan kompromi antara kebutuhan-kebutuahn batin dan tuntutan dari luar dan seseorang menerapkan kerakter sosial untuk memenuhi harapan masyarakat kepribadian sehat juga adanya keinginan untuk mencintai dan di cintai .

2.3    2. Rogers
Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8-1-1902. Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik kepada pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi. Setelah menyelesaikan pelajaran di University Of Wisconsin pada 1924 dia lalu masuk Union Theological Seminary di New York City, di mana dia mendapat pandangan yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College of  Coulmbia; di sana dia terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth. Dia mendapat gelar  M.A. pada 1928 dan doctor pada 1931 di Coulmbia. Pengalaman praktisnya yang pertama – tama  diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut orientasinya Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang mementingkan statistic dan pemikiran menurut aliran Thorndike.
  
Menurut Rogers , Rogers adalah pelopor di dalam penyelidikan di bidang counseling dan psikoterapi, dan memberikan banyak dorongan kea rah penyelidikan mengenai sifat-sifat dari proses yang terjadi selama perawatan klinis . Semenjak perumusan teori self itu Rogers memperluas research yang meliputi pula macam – macam kesimpulan – kesimpulan dan teori kepribadiannya .
Metode – metode yang dikeluarkan Rogers meliputi :
1. Positive approval self-reference
2. Negative or disapproval self reference
3. Ambivalent self-reference
4. Ambiguous self-reference
5. Reference to external object and persons, and questions

Dalam penyelidikan Rainy itu pikiran pokoknya dalah demikian . Selama terapi (counseling) maka ada perubahan self-reference itu . Biasanya disapproval atau ambivalent menuju kearah approval . Sebelum memulai counseling pasien disuruh memilih mengatur kartu yang berisi pernyataan itu dalam 2 cara yaitu :
1. Self-sort :Aturlah kartu – kartu untuk menggambar dirimu sendiri sebagaimana kau lihat hari ini dari yang paling tidak mirip dengan kamu sampai yang paling mirip dengan                       kamu .
2. Ideal-sort :Sekarang aturlah kartu-kartu itu untuk menggambarkan orang yang kamu cita- citakan , orang yang ingin kamu tiru , kamu ingin seperti dia .

          Konsepsi – konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah

1. Organism , yaitu keseluruhan individu ( the total individual )
a. Organisme bereaksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud   memenuhi kebutuhan-kebutuhannya .
b. Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu : mengaktualisasikan dan mengembangkan diri .

2. Medan phenomenal , yaitu keseluruhan pengalaman ( the totality of experience ) , yang memiliki sifat disadari atau tak disadari tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak .

3. Self , yaitu bagian dari medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola – pola Penagamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me” . Self mempunyai macam – macam s
Sifat yaitu :
           
Ø Self berkembang dari interaksi organism dengan lingkungannya .
Ø Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatatinya dalam cara  bentuk yang tidak wajar .
Ø Self mengejar ( menginginkan ) consistency ( keutuhan / kesatuan, keselarasan )
Ø Organism bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self .
Ø Pengalaman – pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman .
Ø Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar .
2.2  3. Abraham Maslow
Abraham Maslow adalah seorang psikolog terkenal yang teman bekerja pada psikologi humanistik telah melihat ketenaran menyebar ke berbagai mata pelajaran kemanusiaan seperti geografi dan demografi. Ia terutama terkenal dengan Hierarchy-nya ‘Kebutuhan. 
Abraham Harold Maslow lahir pada 1 April 1908 di Brooklyn, New York . Maslow adalah anak sulung dari tujuh bersaudara yang lahir dari imigran Yahudi Rusia. Relatif tidak berpendidikan sendiri mereka melihat belajar sebagai kunci untuk anak-anak mereka berhasil di tanah air baru mereka. Dengan demikian semua anak-anak mereka didorong untuk belajar; Abraham anak tertua didorong sangat keras karena ia di akui sebagai seorang intelektual di usia muda. 
Maslow sendiri merasa bahwa masa kecilnya relatif bahagia, sendirian di lingkungan aneh dia berlindung dalam mempelajari dan buku-bukunya. Maslow menghabiskan masa kecilnya di Brooklyn.
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
1. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.
2. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
3. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
5. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas.
Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.
Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis/ dasar
2. Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Kritik terhadap teori piramida kebutuhan
Tapi ada sebuah loncatan pada piramida kebutuhan Maslow yang paling tinggi, yaitu kebutuhan mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan itu sama sekali berbeda dengan keempat kebutuhan lainnya, yang secara logika mudah dimengerti. Seakan-akan ada missing link antara piramida ke-4 dengan puncak piramida. Seolah-olah terjadi lompatan logika.



BAB III
KESIMPULAN

Pengertian Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia , yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika sebagai reaksi psikodinamika. Prespektif behavioral ini berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Pendekatan behavioral dalam pembelajaran menekankan pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui proses yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Menurut pandangan ini, pemikiran, perasaan, dan motif bukan subyek yang tepat untuk ilmu perilaku sebab semua itu tidak bisa diobservasi secara langsung. Pembelajaran pada teori ini menekankan kepada pembelajaran asosiatif, yaitu dua kejadian yang saling terkait. Misalnya, pembelajaran asosiatif terjadi ketika murid mengaitkan kejadian yang menyenangkan dengan pembelajaransesuatudisekolah.
Psikoanalisis adalah teknik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran (bawah sadar). dan tokoh-tokoh dari psikoanalisis Sigmund Freud, Alfred Adler, Carl Gustav Jung. Konsep psikoanalisis sampai sekarang masih relevan dan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.Konsep ini masih digunakan sebagai acuan dalam mengatasi gangguan kejiwaan(neurotik). Psikoanalisis menggunakan metode menganalisis dan mengeluarkan faktor-faktor dalam alam bawah sadar seseorang. Dengan menggunakan prinsip yang dipakainya yaitu mencari dahulu faktor-faktor yang menyebabkan neurose melalui teknik-teknik evaluasi kepribadian, dan diusahakan untuk menghilangkan faktor-faktor dalam rangka gejala-gejala penyakit
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Menurut hemat kami, Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.



DAFTAR PUSTAKA

·         Feist, Jess & Gregory J. Feist. 2011. Teori Kepribadian Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.

·         Feist, Jess & Gregory J. Feist. 2011. Teori Kepribadian Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.