BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Konsep
sehat pada sekarang ini memang sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari – hari
dimana hampir setiap orang bekerja setiap hari, Bahkan ibu rumah tangga pun
banyak yang sekarang bekerja, zaman sekarang konsep tersebut bermanfaat tetapi
sebagian orang tidak perduli dengan konsep kesehatan, seperti ibu rumah tangga
yang bekerja di luar dan tidak mengurus anaknya sendiri untuk dirinya saja dia
kurang perduli dengan kesehatan karena lebih memikirkan pekerjaan. Sebagian
besar masyarakat kurang perduli dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.
Dari tugas ini dapat dipahami oleh masyarakat akan pentingnya kesehatan.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Konsep kesehatan berdasarkan dimensi :
emosi, intelektual, sosial, fisik, dan spiritual
2.
Teori perkembangan kepribadian teori
dari Erikson, Freud, Allport
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui konsep kesehatan
beserta dimensi-dimensinya
2.
Mengetahui dan memahami teori-teori
kepribadian
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Konsep Kesehatan
Kesehatan yang biasa diartikan dari kesakitan atau
kebaikan jasmani, banyak orang mengatakan dari fisik jasmani sehat atau sakit. sehat
adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis
antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha
mempengaruhinya. Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960,
Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani
(mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan. Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu
kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan
sosial. Dengan demikian, upaya kesehatan yang dilakukan, diarahkan pada upaya
yang dapat mengarahkan masyarakat mencapai kesehatan yang cukup agar
dapat hidup produktif.
Dalam hal ini saya akan menjelaskan
tentang lima konsep kesehatan berdasarkan dimensinya antara lain dimensi fisik,
sosial, emosional, intelektual, dan spiritual. Berikut penjelasannya :
a.
Dimensi
Emosi
emosi
berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti
kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Kemampuan emosional adalah kemampuan stress dan mengekspresikan emosinya
yang dapat di terima oleh orang lain. Kesehatan emosi mencakup kemampuan untuk
bertanggung jawab, menerima, dan menyamaikan perasaannya serta dapat menerima
keterbatasan orang lain.
b. Dimensi Intelektual
Dalam
dimensi ini, seseorang memiiki intelegensi yang cukup tinggi. Dalam dimensi ini
ia mampu menyerap berbagai pelatihan atau pendidikan dengan penyerapan yang
lebih cepat, serta mudah memahami berbagai aspek materi tanpa mengalami
kesulitan dalam proses kognitif dalam belajar. Kesehatan intelektual meliputi
usaha untuk secara terus-menerus tumbuh dan belajar untuk beradaptasi secara
efektif dengan perubahan baru.
c. Dimensi Sosial
Dalam dimensi sosial ini masyarakat
yang memiliki intelektual tinggi atau memiliki hubungan yang erat dengan
masyarakat luar dan lingkungan. Dalam dimensi ini, seseorang lebih terlihat
mengalami kepekaan sosial yang tinggi, ia sehat dalam kerangka sosial
bermasyarakat, seperti mudah bergaul, mudah beradaptasi, tidak mengalami krisis
identitas, merupakan bentuk dari kepribadian yang sehat dalam dimensi sosial.
d. Dimensi Fisik
Fisik merupakan utama bagi
kehidupan, fisik merupakan jasmani bagi manusia fisik yang dibagi menjadi sehat
atau sakit. Kesehatan
fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. Karena itu kita harus
menjaga pola hidup sehat dan memperdulikan keadaan fisik agar sehat dan baik.
e. Dimensi Spiritual
Dimensi spriritual ini juga menjadi
bagian terpenting dari kesehatan mental pribadi seseorang, Spiritual merupakan kehidupan kerohanian.
Dengan menyerahkan diri dengan bersujud dengan kepercayaan agama masing-masing.
Sementara orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu
kondisi ketenangan jiwa dengan id mereka. Secara rohani dianggap sehat karena
pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas
kewajaran sehingga bisa berpikir rasional. Spiritual sehat tercermin dari cara
seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan
sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang
Maha Kuasa.
2.2 Teori Perkembangan Kepribadian
a.
Teori
Erikson
Erik Erikson adalah seorang psikolog yang merupakan murid
dari Sigmund Freud seorang tokoh psikoanalitik. Erikson mengambil psikoanalitik
sebagai dasar teorinya namun ia mengikut sertakan pengaruh-pengaruh sosial
individu dalam perkembangannya. Berbeda dengan Freud yang berpendapat bahwa
pengalaman masa kanak-kanak, terutama di lima tahun awal, yang mempengaruhi
kepribdian seseorang ketika dewasa. Erikson berpendapat bahwa masa dewasa
bukanlah sebuah hasil dari pengalaman-pengalaman masa lalu tetapi merupakan
proses kelanjutan dari tahapan sebelumnya.
Erikson
berpendapat sama dengan Freud yaitu mengatakan bahwa identitas sudah ditentukan
dan terbentuk sejak kanak-kanak, pada usia lima atau enam tahun. Erikson
berpendapat bahwa pembentukan identitas merupakan proses yang berlangsung
seumur hidup.
Dalam setiap tahapan, Erikson percaya setiap orang akan mengalami
konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson
berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologi
atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu. Selama masa ini, potensi
pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi
kegagalan Berikut tahapan nya :
- Basic Trust vs Basic Mistrust (Kepercayaan Dasar Vs Kecurigaan Dasar) Usia 0-1th
pada tahap kepercayaan dasar yang paling awal ini terbentuk
selama tahap sensorik-oral dan di tunjukkan oleh bayi lewat kapasitasnya tidur
dengan tenang dan makan dengan nyaman. Kebutuhan
akan rasa aman dan ketidakberdayaan menyebabkan konflik yang dialami oleh anak
dalam tahap ini adalah kepercayaan. Bila rasa aman terpenuhi, maka akan
berkembang pula kepercayaan nya pada lingkungan. Dan sebaliknya bila terganggu
dengan lingkungan, maka akan sulit untuk mengembangkan kepercayaan. Pada tahap
ini ibu memegang peranan penting.
- Autonomy vs Shame & Doubt (Otonomi Vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan) Usia 2-3th
Pada tahap kedua ini terjadi tahap
muscular-anal dalam skema psikososial. Pada
masa ini organ dan fungsi tubuh sudah mulai masak dan terkoordinasi, anak dapat
melakukan gerakan secara lebih bervariasi. Dan karena itu konflik yang dihadapi
pada masa ini lebih kepada pengakuan, pujian untuk mengembangkan percaya diri.
Kedua orang tua memegang peranan penting pada masa ini.
- Initiative vs Guilt (Inisiatif Vs Rasa Bersalah) Usia 3-6th
Pada tahap ini anak sudah mulai berinisiatif atau memiliki
perasaan bebas untuk melakukan sesuatu. Tapi bila dia mengembangkan keraguan
sebelumnya, maka yang akan berkembang malah rasa bersalahnya.
- Industry vs Inferiority (Kerajinan Vs Inferioritas) Usia 6-11th
Pada tahap ini anak mulai dapat berfikir logis dan sudah
mulai bersekolah. Konflik yang dihadapi pada masa ini adalah perasaan sebagai
seorang yang mampu atau perasaan rendah diri. Bila ia mengembangkan
kemampuannya maka akan berkembang pula gairah untuk lebih produktif.
- Identity vs Role Confusion (Identitas Vs Kekacauan Identitas) Mulai Usia 12th
Pada tahap ini anak lebih
dihadapkan pada tutuntan untuk lebih mengenal dirinya dimana dia sudah mulai
harus memikirkan masa depannya. Konflik yang dihadapi adalah perasaan menemukan
jati dirinya atau malah kekaburan diri.
- Intimacy vs Isolation (Keintiman Vs Isolasi) Mulai Usia Dewasa Awal
Pada tahap ini individu sudah mulai mencari pasangan hidup.
Konflik yang dihadapi pada masa ini tentunya adalah kesiapan untuk
berhubungn dengan orang lain. Seseorang yang telah melewati tahap ini akan
mendapatkan perasaan kemesraan dan keintiman.
- Generativity vs Self-absorbtion (Generativitas Vs Stagnasi) Usia Dewasa
Pada tahap
ini konflik atau krisis yang dihadapi adalah dimana muncul perasaan tuntutan
untuk membantu orang lain diluar keluarganya, seperti masyarakat umum. Pada
tahap ini pengalaman yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk berbuat sesuatu
di masyarakat.
- Ego Integrity vs Despair (Integritas Vs Keputusasaan) Usia Dewasa Akhir
Pada masa
ini seseorang akan mulai menengok masa lalu. Prestasi dan segala sesuatu yang
didapat dimasa lalu akan menghasilkan kepuasan. Dan apabila apa yang diraih
pada masa lalu tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka akan menimbulkan rasa
kecewa.
b. Teori
Freud
Menurut Freud kepribadian adanya dorongan-dorongan biologis, yang
bersifat paternal yaitu dorongan atau control dari seorang ayah, motif utama
tingkah laku manusia yaitu dari kesenangan seksual. Konsep dasar Freud adalah
instink, yaitu merupakan representasi psikologi dari kebutuhan ragawi, untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis. Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan
bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis.
Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut
psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda
yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
a) Id merupakan
bagian paling primitif dalam kepribadian dan dari sinilah nanti Ego dan Super
Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang
tidak menyenangkan.
b) Ego merupakan
bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional berdasakan
prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis, yaitu
dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan
oleh Id berdasarkan kenyataan.
c) Super
Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan
orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati
nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau
salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Ada 6 fase yang membagi perkembangan manusia menurut Freud:
- Fase oral (0-1 tahun) : Disini anak mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dengan berorientasi pada mulut. Kontak sosial lebih bersifat fisik seperti menyusui.
- Fase anal (1–3 tahun) : Pada fase ini kenikmatan berpusat didaerah anus, seperti saat buang air besar. Inilah saat untuk mengajarkan disiplin pada anak. Pada fase ini balita merasa puas dapat melakukan aktivitas buang air besar dan buang air kecil. Fase ini dikenal pula sebagai periode "toilet training".
- Fase falik (3–5 tahun) : Pusat kepuasan pada fase ini adalah alat kelamin. Anak mulai tertarik pada perbedaan anatomis laki-laki dan perempuan, dan biasanya difigurkan oleh ayah dan ibu.
- Peride laten (5–12 tahun) : Merupakan masa tenang dimana anak mulai mengembangkan kemampuan motorik dan kognitifnya. Anak mulai mencoba menekan rasa takut dan cemas.
- Fase genital ( > 12 tahun ) : Tahap kematangan pada alat reproduksi, pusat kepuasaan berada di daerah kelamin. Mulai merasakan cinta kepada lawan jenis.
Dinamika kepribadian menurut Freud dalam kualitas dan
teleology adalah kausalitas sikap seseorang pada masa dewasa tergantung pada
masa kecilnya.
c.
Teori
Allport
Allport
lebih optimis tentang kodrat manusia daripada Freud, dan ia memperlihatkan
suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia, sifat-sifatnya yang tampaknya
bersumber pada masa kanak-kanaknya. Allport menyatakan bahwa kepribadian manusia akan berubah-ubah
mengikuti fase perkembangan yang sedang dilaluinya. Secara
umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori
Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk
yang baik dan penuh harapan. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya
merupakan salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasan dari
teori Allport. Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system
psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau
khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Individu didorong untuk terampil
melakukan sedapat mungkin mencapai/memenuhi tingkat penguasaan dan kemampuan
yang tinggi dalam usaha pemenuhan motif-motif (Visi&misi, tujuan jangka
panjang, tegangan yang semakin ditambah). Individu yang sehat tidak pernah
berhenti mengejar point dalam tujuan mereka, setiap point yang jatuh dalam
tujuan mereka selalu diganti oleh point dengan tujuan yang lain.
Tingkatan proprium/self :
1. Kesadaran akan “saya secara
jasmaniah”.
2. Identitas diri.
3. Harga
diri. Kebutuhan anak akan otonomi. Disini individu masih dalam tahap
perkembangan anak Yang mengalami konflik
autonomy vs shame & doubt.
4. Perluasan diri.
5.
Gambaran diri. Terbentuk/berkembang dari interaksi orangtua dan anak. Dalam
mempelejari interakso ini anak melakukan
suatu perumusan tentang intensi.
6. Rational thinking. Individu menyadari bahwa ia dapat
memecahkan suatu msalah
dengan menggunakan
proses yang logis dan rasional.
7. Propriate Striving. Terjadi pada saat individu
memasuki masa adolescence. Karena
telah memiliki
pemahaman akan arti hidup sepenuhnya.
BAB III
KESIMPULAN
Konsep kesehatan dari segi arti adalah kesehatan fisik
jasmani tetapi kesehatan rohani juga perlu karena manusia dikatakan sehat jika
jasmani dan rohaninya itu baik sehat dan tidak sakit, karena jika hanya
jasmaninya saja yang sehat tetapi rohaninya tidak baik orang itu dapat
dikatakan sakit bahkan sebaliknya. Kesehatan mental merupakan hal yang sangat
penting untuk menjalankan proses kehidupan dalam keranga sosial, kesehatan
mental merupakan kesehatan jiwa pada seseorang, sehingga kesehatan mental
memiliki pengaruh khusus terhadap pertumbuhan kejiwaan manusia. Pentingnya
kesehatan mental yang melingkupi berbagai aspek dimensi seperti kesehatan
secara emosi, kesehatan intelektual, kesehatan sosial, kesehatan fisik, juga secara
spriritual akan membantu menyelaraskan manusia menjalani kehiduan keseharianya
dalam bermasyarakat. Hubugan nya dengan teori kepribadian oleh para ahli dengan
penjelasan yang dikemukaan merupakan suatu bentuk sarana untuk membantu
menemukan identitas dirinya, agar lebih mudah dalam mempelajari kehidupan,
ketika manusia memahami konsep diri nya maka ia akan lebih mudah juga untuk
mengetahui eksistensinya, diharapkan dengan ada nya teori dari para ahli
berdasarkan eksperimen, mampu membantu pemecahan masalah pada manusia itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar